Malaysia baru-baru ini mengambil langkah signifikan untuk meningkatkan sistem pengelolaan limbahnya, dengan menekankan keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap lingkungan. Pada bulan Agustus 2024, pemerintah memperkenalkanCetak Biru Ekonomi Sirkular untuk Sampah (2025-2035), yang menguraikan strategi selama satu dekade untuk mengatasi tantangan pengelolaan limbah yang mendesak. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat daur ulang hingga 40% pada tahun 2025, menerapkan "Perluasan Tanggung Jawab Produsen" (EPR), dan memperluas fasilitas limbah menjadi energi (WTE) di seluruh negeri.
.
- Sistem Bayar Saat Anda Melempar: Untuk memberi insentif pada pengurangan sampah, Malaysia berencana memperkenalkan sistem di mana pungutan didasarkan pada volume sampah yang dibuang. Ini awalnya akan menargetkan sektor komersial, manufaktur, dan konstruksi.
- Perluasan Pabrik Sampah Menjadi Energi: Saat ini, Malaysia hanya mengoperasikan satu fasilitas WTE, jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di kawasan seperti Singapura dan Tiongkok. Studi menunjukkan bahwa negara ini dapat mendukung hingga 18 pabrik WTE, sehingga memberikan solusi ramah lingkungan terhadap meluapnya tempat pembuangan sampah. Perluasan ini akan mengurangi ketergantungan pada tempat pembuangan sampah tradisional, yang sudah mendekati kapasitasnya.
- Sertifikasi Nol Limbah ke TPA: Untuk lebih mendorong praktik berkelanjutan, perusahaan yang unggul dalam daur ulang dan efisiensi energi akan menerima sertifikasi, yang membuat mereka memenuhi syarat untuk mendapatkan subsidi dan dukungan pemerintah.
Dengan masyarakat Malaysia yang menghasilkan sekitar 39,000 ton sampah setiap hari, upaya pemerintah bertujuan untuk mengatasi beban sampah yang semakin meningkat terhadap lingkungan dan ekonomi. Dengan beralih ke ekonomi sirkular, fokusnya adalah menciptakan rantai pasokan yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada TPA.
Kemajuan ini tidak hanya menjanjikan lingkungan yang lebih bersih namun juga menunjukkan komitmen Malaysia untuk menjadi pemimpin regional dalam praktik pengelolaan limbah berkelanjutan. Penerapan langkah-langkah ini dapat menjadi model bagi negara-negara lain dalam upayanya menyeimbangkan pembangunan dengan pengelolaan lingkungan hidup.